Tugas Akhir Sipil
ANALISA INDEKS KEKERINGAN DI KABUPATEN BIMA DENGAN METODE STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DAN DESIL
Kekeringan mengakibatkan suatu daerah mengalami kekurangan pasokan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan dalam masa yang berkepanjangan. Para ahli banyak berpendapat bahwa kekeringan biasanya berhubungan dengan gejala pergeseran antara musim hujan dengan musim kemarau di Indonesia. Berdasarkan data historis, kekeringan di Indonesia seringkali berasosiasi dengan fenomena El Nino. Pengaruh El Nino lebih kuat pada musim kemarau yang menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan yang turun dari normalnya serta udara menjadi lebih kering Metode yang digunakan adalah metode Standardized Precipitation Index(SPI) dan Desil. Kedua metode ini hanya menggunakan data curah hujan untuk menentukan indeks kekeringan.Kemudian dianalisa kedekatannya terhadap ENSO/SOI dan data BPBD Kabupaten Bima. Hasil analisis indeks kekeringan terparah dengan metode Standardized Precipitation Index (SPI) pada stasiun hujan Stamet Bima, Belo, dan Palibelo mengalami indeks kekeringan terparah dengan nilai indeks kekeringan adalah masing-masing sebesar -3,391, -1,405, dan -1,751 dengan presentase kejadian kekeringan masing-masing sebesar 7,667%, 5%, dan 6,111%. Sedangkan metode Desil menunjukkan presentase kejadian kekeringan masing-masing sebesar 32%, 32%, dan 33,33%. Kekeringan yang terjadi di Kabupaten Bima tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh fenomena El Nino karena dari hasil analisa menghasilkan angka korelasi yang rendah antara indeks kekeringan dengan El Nino. Hasil verifikasi keakuratan data antara indeks kekeringan metode Standardized Precipitation Index(SPI) dan Desil dengan data catatan BPBD Kabupaten Bima tahun 2015 memiliki persentase kesesuaian rata-rata sebesar 58,333% dan 61,111%, hal ini menunjukkan bahwa kedua metode ini tidak memiliki keakuratan yang baik.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain